Jumat, 22 November 2013

surat untuk kawan kecilku,,

Yang merasa tersakiti
               Kejadiannya saat aku duduk di bangku kelas tiga SMP. Usia dimana rasa egoismeku begitu tinggi. Sebuah konflik kecil terjadi diantara aku dan kawanku. Aku lupa apa pemicunya. Kemudian dia mengatakan bahwa aku terlalu berbahagia di atas penderitaannya. Ah sungguh kata yang begitu menyedihkan bagiku saat itu.
Kuingat adalah aku menuliskan surat seperti ini
                    Untuk yang merasa tersakiti
                    Suratmu telah kubaca dan kurenungi. Aku minta maaf! Rasa bersalah itu tetap ada, begitupun rasa kecewa. “berbahagia diatas penderitaan orang lain” sungguh pujian yang menyakitkan. Terima kasih untuk itu. ‘tidak menghargai perasaan orang lain” satu pujian lagi yang menyakitkan. Sekali lagi terima kasih untuk itu. Tapi sudahkah anda mengoreksi diri? Yaaa pertanyaan yang tak butuh jawaban . dan jawaban yang tak perlu disampaikan. Surat ini kubuka dengan ucapan terima kasih dengan dan mohon maaf yang seperlunya.
                    Kamu perlu tahu, aku bukan orang baik, aku manusia biasa dan aku punya rasa marah, kecewa, dan kagum. Tapi aku punya banyak waktu untuk memikirkan itu.ebanku terlalu banyak dan kemampuanku terlalu sempit untuk memikirkan semuanya. Ketika beban yang satunya lepas, beban yang lain harus aku pikirkan lagi.kadang aku tak tahu harus memulai dari mana.mana yang harus kuselesaikan terlebih dahulu. Hal yang membuatku gila!
                    Sedih, senang, malu, sudah tak asing bagiku.aku terlalu bodoh dan naif karena aku tak bisa menyelasaikan semuanya.yang bisa kulakukan? Aku tak berdaya. Apa kau tahu itu? Sama sekali tidak.
                    Bagiku bahagia hanyalah mimpi dan angan, kesedihan itulah hidup. Jika kamu tak mengerti dengan surat ini maka kamu terlalu berani untuk dan perlu belajar untuk menebak perasaan orang lain. tapi aku rasa kamu terlalu naif untuk memikirkan itu. Oh yaaa, aku terlalu berbahagia diatas penderitaanmu.

Surat itu masih kusimpan dengan baik dalam lembaran-lembaran bukuku. Dulu, aku tak pernah menyangka bahwa surat itu akan menjadi barang koleksiku dan memenuhi seluruh ruang dalam museum memori.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar